Masalah dan Faktor Keberhasilan dalam Usaha Tani
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian adalah bahan makanan terutama beras yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis ekonomi sedangkan wilayah perkotaaan yang tidak lepas dari aktivitas ekonomi baik yang sifatnya industri, perdagangan maupun jasa mengalami pertentangan luar biasa di dalam rata-rata pertumbuhan pembangunan. Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan, maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor pertanian juga semakin maju. Terdapat beberapa pengertian Usaha Tani yaitu :
- Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
- Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak.
- Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.
1.2 Rumusan masalah
- Masalah apa saja yang dihadapi dalam usahatani ?
- Faktor – Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani ?
- Bagaimana solusi masalah yang dihadapi dalam usahatani ?
- Seperti apa contoh masalah yang terjadi di lapangan beserta solusi bagi pelaksana usahatani ?
- Untuk mengindetifikasi permasalahan usahatani di Desa Bayaserta
- Untuk mengetahui Faktor – Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani
- Untuk mengetahui alternatif pemecahannya dalam sistem usahtani di Desa Baya,
- Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu berkembangnya sistim agribisnis di pedesaan dan meningkatnya pendapatan dan kesejateraan petani.
BAB II
PEMBAHASAN
Usahatani merupakan satu-satunya ujung tombak pembangunan nasional yang mempunyai peran penting. Upaya mewujudkan pembangunan nasional bidang pertanian (agribisnis) masa mendatang merupakan sejauh mungkin mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh ini belum mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian (agribisnis) atau ourput selama ini belum disertai dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala usahatani terpadu (integrated farming system). Oleh karena itu persoalan membangun kelembagaan (institution) di bidang pertanian dalam pengertian yang luas menjadi semakin penting, agar petani mampu melaksanakan kegiatan yang tidak hanya menyangkut on farm bussiness saja, akan tetapi juga terkait erat dengan aspek-aspek off farm agribussinessnya (Tjiptoherijanto, 1996).
Jika ditelaah, walaupun telah melampaui masa-masa kritis krisis ekonomi nasional, saat ini sedikitnya kita masih melihat beberapa kondisi yang dihadapi dalam usahatani petani kita di dalam mengembangkan kegiatan usaha produktifnya, yaitu :
- Kecilnya skala Usaha Tani.
- Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani.
- Kurangnya Rangsangan.
- Masalah Transformasi dan Informasi.
- Luasan Usaha yang Tidak Menguntungkan.
- Belum Mantapnya Sistem dan Pelayanan Penyuluhan.
- Lemahnya Tingkat Teknologi.
- Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani
Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani digolongkan menjadi dua, yaitu :
2.2.1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :
- Petani Pengelola
- Tanah Usahatani
Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi).
Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:
- Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin banyak tanaman makin baik.
- Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin baik.
- Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah makin baik.
- Tenaga Kerja
Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran anggota keluarga tani dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.
Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan yang penting karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan berpendidikan sehingga mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu saja dengan seorang pengelola (manager) yang juga memiliki keahlian dalam mengembangkan usahatani yang ada.
- Modal
Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.
Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai usahataninya itu.
- Tingkat Teknologi
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun inovasi.
Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat keuntungan relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.
b) Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, semakin cepat pula inovasi tersebut di terima.
c) Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.
d) Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan disebarkan, semakin mudah inovasi itu diterima masyarakat.
e) Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi tingkat observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh masyarakat.
- Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga
- Jumlah Keluarga
2.2.2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :
- Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi
Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.
- Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
- Fasilitas Kredit
Perlunya fasilitas kredit :
ü Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.
ü Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.
ü Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi
ü Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).
Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat digolongkan sebagia berikut :
ü Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan Bank Rakyat Indonesia
ü Perusahaan Negara Pegadaian
ü Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)
Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka diharapkan usahatani dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya kesulitan modal tapi dengan kredit bunga ringan.
- Sarana Penyuluhan Bagi Petani
Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru. Beberapa peranan yang harus dilakukan penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi dapat berjalan efektif adalah :
a) Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.
b) Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus terbina diantara sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.
c) Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala dari masalah yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi maslah bersama sasaran perubahan.
d) Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan harus juga ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.
e) Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan.
f) Perluasan dan pemantapan perubahan.
g) Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu. Hal itu diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan masyarakat pada penyuluh
Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang berhubungan dengan pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani, serta untuk meningkatkan teknologi dan inovasi petani tradisional menjadi lebih modern.
Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan dan pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :
- Aspek sumberdaya (faktor produksi)
- Aspek kelembagaan
- Aspek penunjang pembangunan pertanian
1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :
- Pasaran untuk hasil-hasil usahatani
- Teknologi yang selalu berubah
- Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local
- Perangsang produksi bagi para petani
- Pengangkutan (transportasi)
- Pendidikan pembangunan
- Kredit produksi
- Kegiatan gotong royong oleh para petani
- Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian
- Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain
2.3 Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai Masalah dalam Usaha Tani dan Solusinya.
Sebagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Kecamatan Sembalun yang terletak di sekitar kaki Gunung Rinjani termasuk zone agroekologi lahan kering dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1300 mdpl. Mengingat kondisi tersebut maka kendala yang sering dihadapi oleh petani di wilayah tersebut adalah aspek sosial ekonomi usahatani tanaman padi, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dikaji lebih jauh dan bagaimana upaya atau solusi pemecahannya. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui kendala sosial ekonomi dan upaya pemecahannya. Kendala sosial ekonomi usahatani padi yang terjadi antara lain yaitu :
- Biaya pengolahan tanah usahatani padi relatif mahal.
- Biaya modal usaha relatif tinggi.
Salah satu solusi masalah tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari kelompok yang sudah ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para petani untuk andil dalam pengembangan modal usaha.
- Ketersediaan informasi alternatif usahatani yang menguntungkan relatif terbatas.
Solusi menghadapi permasalaha tersebuut yaitu dengan membangun lembaga pendataan bisnis pertanian di pedesaan sehingga dengan adanya lembaga ini dapat menyiapkan segala informasi yang dibutuhkan oleh petani.
- Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.
Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani dari hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian dapat ditekan dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya jalan pintas tersebut.
- Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas.
Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inovasi modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan formal maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non formal di pedesaan.
2.4 Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai keberhasilan dalam Usahatani
Desa Junrejo Kabupaten Malang terdapat seseorang yang merintis usahanya dalam bidang pertanian mulai dari posisi yang sangat bawah. Kebanyakan orang usaha dalam pertanaian hanya memandang bahwa, saat kita menjadi buruh tani maka selamanya akan menjadi buruh tani. Namun hal itu tidak terjadi pada Pak Badu, beliau merintis usahanya dengan memulai menjadi buruh tani bagi tuannya. Uang hasil jerih payahnya disisihkan sedikit demi sedikit sehingga beliau mulai membeli sepetak tanah hanya luasan yang sangat kecil. Namun dengan berjalannya waktu dia tidak lagi menjadi buruh tani, melainkan menjadi petani yang sukses. Beliau saat ini memeliki tanah seluas lebih dari satu hektar. Beliau saat ini memiliki komoditas yang bermacam – macam dan dengan berkala dia menjualnya di pasar Batu. Hal ini juga didorong dari kemajuan teknologi yang mendorong semakin meningkatkan keuntungannya. Keberhasilannya juga tidak lepas dari dorongan keluarganya.
BAB III
KESIMPULAN
- Permasalahan dalam Usaha Tani
- Kecilnya skala Usaha Tani.
- Kurangnya Rangsangan
- Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani
- Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani
- Masalah Transformasi dan Informasi
- Luasan Usaha yang Tidak Menguntungkan
- Belum Mantapnya Sistem dan Pelayanan Penyuluhan
- Lemahnya Tingkat Teknologi
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani
- Petani Pengelola
- Tanah Usahatani
- Tenaga Kerja
- Modal
- Tingkat Teknologi
- Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga
- Jumlah Keluarga
- Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi
- Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
- Fasilitas Kredit
- Sarana Penyuluhan Bagi Petani
DAFTAR PUSTAKA
Fadholi, Hermanto. 1981. Bahan Bacaan Pengantar Ekonomi Pertanian. Bogor : Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Politeknik Pertanian Bogor
Kasryno, Faisal. 1984. Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta : Yayaysan Obor Indonesia.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Tjiptoherijanto, Prijono, 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
Yuswita, Effy. Dkk. 2010. Modul 2 Kuliah Usahatani. Malang : Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Pertanian
Saya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
BalasHapus